Salah Misteri Dunia yang belum terpecahkan, “Shroud Of Turin”. Sebenarnya, kain ini hanya merupakan kain lenen atau kafan biasa dengan panjang 4,36 meter dan lebar 1,10 meter. Lalu apa sebab kain kafan ini dikatakan menyimpan sebuah misteri yang belum bisa terpecahkan selama beratus-ratus tahun lamanya?
1. PENYELIDIKAN KAIN KAFAN
KAIN KAFAN TORINO BERASAL DARI ABAD KE-14?
Atas perintah dari Paus Johannes Paulus II kain kafan yang disimpan di kota Torino di Italia Utara diselidiki secara ilmiah dengan test-Carbon-14. Test-Carbon-14 itu adalah cara yang baik untuk menentukan umur dari barang purbakala. Metode itu sudah lama dikenal, tetapi baru sekarang ini dapat dilakukan dengan contoh kain yang kecil (kurang dari satu centimeter persegi).
Test dilakukan oleh tiga Universitas (satu di Amerika, satu di Inggris dan satu di Swis). Penyelidikan dikoordinasi oleh Direktur dari British Museum, Dr. Tite. Pada bulan Oktober 1988 diumumkan hasilnya: Kain kafan di Torino berasal dari abad 14, Dengan demikian sudah terbukti bahwa kain kafan Torino bukan kain kafan Yesus, yang disebut dalam Injil Yohanes.
PENIPUAN OLEH BRITISH MUSEUM?
Akan tetapi Dr. Bruno Bonnet-Eymard dalam majalah bulanan Perancis 'La Contre-reforme catholique' menuduh Dr. Tite melakukan penipuan. Pada waktu potongan dari kain kafan akan dikirim ke Universitas yang akan menyelidiki kain itu, Dr. Tite menukar potongan kain kafan dengan potongan kain lain yang diambil dari Korkap Santo Louis, Uskup dari Anjou pada abad ke-14.
PETISI KEPADA SANTO BAPA
KAIN KAFAN TORINO BERASAL DARI ABAD KE-14?
Atas perintah dari Paus Johannes Paulus II kain kafan yang disimpan di kota Torino di Italia Utara diselidiki secara ilmiah dengan test-Carbon-14. Test-Carbon-14 itu adalah cara yang baik untuk menentukan umur dari barang purbakala. Metode itu sudah lama dikenal, tetapi baru sekarang ini dapat dilakukan dengan contoh kain yang kecil (kurang dari satu centimeter persegi).
Test dilakukan oleh tiga Universitas (satu di Amerika, satu di Inggris dan satu di Swis). Penyelidikan dikoordinasi oleh Direktur dari British Museum, Dr. Tite. Pada bulan Oktober 1988 diumumkan hasilnya: Kain kafan di Torino berasal dari abad 14, Dengan demikian sudah terbukti bahwa kain kafan Torino bukan kain kafan Yesus, yang disebut dalam Injil Yohanes.
PENIPUAN OLEH BRITISH MUSEUM?
Akan tetapi Dr. Bruno Bonnet-Eymard dalam majalah bulanan Perancis 'La Contre-reforme catholique' menuduh Dr. Tite melakukan penipuan. Pada waktu potongan dari kain kafan akan dikirim ke Universitas yang akan menyelidiki kain itu, Dr. Tite menukar potongan kain kafan dengan potongan kain lain yang diambil dari Korkap Santo Louis, Uskup dari Anjou pada abad ke-14.
PETISI KEPADA SANTO BAPA
Sekarang sudah ada banyak petisi kepada Santo Bapa di Roma, supaya test-Carbon-14 diulang dengan penjagaan lebih ketat, supaya jangan ada penipuan lagi. Pada bulan Mei 1989 akan diadakan simposium di kota Bologna, Italia, sebagai persiapan Kongres Internasional kelima, yang akan diadakan di Cagliari, Italia pada bulan April 1990. Harapan besar mereka akan mohon izin dari Santo Bapa untuk mengulang test-Carbon-14.
2. PENYELIDIKAN BARU
KAIN KAFAN DIBUAT DALAM ABAD KEDUA SEBELUM MASEHI
Pada tahun 1973 Prof. Gilbert Raes dari Universitas Gent di Belgium telah membuat penyelidikan-tekstil sepotong dari kain kafan. Prof. Raes membuktikan bahwa benang dari kain kafan dipintal dengan tangan. Pada akhir abad ke-11 di Eropa Barat sudah memakai roda pemintal, sehingga penyelidikan dari British Museum tidak cocok. Prof. Raes masih menyimpan sepotong dari kain kafan itu. Potongan itu dikirim ke Universitas di California (Amerika Serikat) untuk diselidiki
dengan test-Carbon-14. Hasilnya bahwa kain kafan itu dibuat lebih kurang 200 tahun sebelum Yesus lahir. Yosef dari Arimatea yang sudah mempunyai kuburan dekat Kalvari, mungkin juga sudah mempunyai kain kafan yang mahal dan tua.
HASIL PENYELIDIKAN TEAM AMERIKA PADA TAHUN 1976
Pada tahun 1976 team dari Amerika menyelidiki kain kafan. Hasil penyelidikan mereka dipelajari di Amerika oleh lebih dari 400 orang ahli sains. Mereka semua berpendapat, bahwa kain kafan bukan penipuan. Gambar pada kain kafan sungguh cetakan dari jenasah seorang yang disiksa seperti diceriterakan dalam Injil, bukan lukisan. Tidak ketemu zat warna atau bahan kimia lain, yang diperlukan untuk melukis.
Diperiksa dengan microscope tidak ketemu kesalahan anatomis. Padahal ilmu anatomi yang tepat baru berumur 150 tahun. Gambar adalah negatif, sedangkan fotografi baru dikenal dalam abad ke-19.
Gambar mempunyai sifat tiga dimensi. Komputer dan alat foto untuk menyelidiki tiga dimensi adalah alat mutakhir (tahun 70-an) yang dipakai oleh NASA untuk menyelidiki permukaan bulan.
Luka pada tangan Yesus ketemu pada pergelangan tangan, bukan ditengah-tengah tangan seperti lukisan-lukisan dari abad pertengahan.
3. BAGAIMANA SAMPAI DI TURIN?
Kain kafan Turin dipercayai sebagai kain kafan yang dipakai oleh para murid-Nya untuk membungkus jenazah Yesus waktu dimakamkan, seperti dikisahkan oleh semua penginjil.
PENELITIAN KAIN KAFAN
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul tentang Kain kafan Turin itu telah menciptakan ilmu pengetahuan baru, yang disebut sindonologi. (Sandon, bhs. Latin, berarti: kain kafan.)
Pertanyaan-pertanyaan itu mengenai:
1. Keaslian (autentisitas) Kain kafan: Apakah Kain kafan Turin itu benar-benar kain lenan yang
dibeli oleh Yusuf Arimatea untuk membungkus (mengafani) tubuh Yesus?
2. Keaslian (kesungguhan) gambar pada Kain kafan: Apakah gambar yang tertera pada Kain kafan
2. Keaslian (kesungguhan) gambar pada Kain kafan: Apakah gambar yang tertera pada Kain kafan
itu sungguh-sungguh bekas darah yang mengalir dari luka-luka? Mungkinkah itu hanya hasil
lukisan seorang seniman, suatu tiruan dari abad 14 atau sebelumnya?
3. Bagaimana gambar itu sampai tertera pada Kain kafan? Bagaimana darah-darah yang meliputi
3. Bagaimana gambar itu sampai tertera pada Kain kafan? Bagaimana darah-darah yang meliputi
tubuh penuh luka itu membekas (mengecap) pada Kain kafan, sehingga timbulah perwujudan
manusia Kain kafan itu?
Penelitian Kain kafan bermula dengan pembuatan foto Kain kafan itu pada tahun 1898 oleh Secondo Pia. Sambil mengikuti pameran umum yang jarang dibuat untuk Kain kafan Turin, Secondo Pia, seorang fotografer Italia, diijinkan untuk mengambil foto dari peninggalan itu. Ketika memperbesar negatifnya, Secondo terkejut karena menemukan gambar positif dari wajah pada Kain kafan itu, sebuah gambar yang jauh lebih jelas bagaikan hidup daripada kalau Kain kafan dilihat dengan mata telanjang. Ini adalah penemuan pertama bahwa gambar pada Kain kafan itu menyerupai negatif fotografis semacam gambar yang tidak dapat dipahami oleh pemalsu abad
pertengahan.
Pada tahun 1900 seorang seniman Perancis dan ahli biologi, Paul Vignon, berusaha menemukan bagaimana terjadi gambar pada Kain kafan Turin itu. Ia menetapkan bahwa itu bukanlah lukisan atau celupan dan menyatakan bahwa bagaimanapun juga gambar itu diproyeksikan ke dalam Kain kafan oleh sebuah tubuh manusia.
Penelitian Kain kafan bermula dengan pembuatan foto Kain kafan itu pada tahun 1898 oleh Secondo Pia. Sambil mengikuti pameran umum yang jarang dibuat untuk Kain kafan Turin, Secondo Pia, seorang fotografer Italia, diijinkan untuk mengambil foto dari peninggalan itu. Ketika memperbesar negatifnya, Secondo terkejut karena menemukan gambar positif dari wajah pada Kain kafan itu, sebuah gambar yang jauh lebih jelas bagaikan hidup daripada kalau Kain kafan dilihat dengan mata telanjang. Ini adalah penemuan pertama bahwa gambar pada Kain kafan itu menyerupai negatif fotografis semacam gambar yang tidak dapat dipahami oleh pemalsu abad
pertengahan.
Pada tahun 1900 seorang seniman Perancis dan ahli biologi, Paul Vignon, berusaha menemukan bagaimana terjadi gambar pada Kain kafan Turin itu. Ia menetapkan bahwa itu bukanlah lukisan atau celupan dan menyatakan bahwa bagaimanapun juga gambar itu diproyeksikan ke dalam Kain kafan oleh sebuah tubuh manusia.
Pada tahun 1931 seseorang bernama Joseph Enrie membuat foto lagi atas Kain kafan dengan hasil yang lebih jelas dan lengkap.
Pada tahun 1969 Uskup Agung Turin, Kardinal Pellegrino, membentuk suatu komisi penelitian untuk mempelajari lebih mendalam lagi tentang Kain kafan. Seseorang bernama Giovanni
Battista Judica-Cordiglia membuat foto baru Kain kafan dengan teknik-teknik fotografi yang lebih maju.
Battista Judica-Cordiglia membuat foto baru Kain kafan dengan teknik-teknik fotografi yang lebih maju.
Pada tahun 1973 tanggal 22 dan 23 November, Kain kafan dipertunjukkan di layar televisi untuk pertama kalinya. Monsignor Giulio Ricci membuat foto-foto dari Kain kafan untuk meneruskan penyelidikan-penyelidikannya. Dan komisi baru dibentuk pula untuk penelitian-penelitian lebih lanjut.
Monsignor Giulio Ricci mengabdikan diri kepada penelitian Kain kafan itu sejak tahun 1950. Ia mempelajari bekas-bekas pada Kain kafan satu demi satu, menganalisis sifat dan morfologinya (bentuk dan susunannya), dan menyelidiki arah-arah aliran darah, sudut-sudut, keteraturan dan ketidakteraturannya. Ia mendasarkan penelitian-penelitiannya atas semua ilmu pengetahuan modern dengan dibantu oleh ilmuwan-ilmuwan dari Italia dan negara-negara lainnya. Pada tahun 1976 ia terpilih menjadi presiden Centro Romano di Sindonologia (Pusat Sindonologi Roma). Ia juga menjadi anggota Pusat Internasional Sindonologi di Turin. Dewasa ini ia dipandang sebagai seorang ahli terkemuka tentang Kain kafan.
Selain ilmuwan-ilmuwan Italia, para ilmuwan dari negara lain pun menaruh perhatian yang besar. Kain kafan Turin telah menjadi salah satu obyek penelitian ilmiah yang sangat intensif yang pernah dilakukan di antara sekian banyak peninggalan sejarah lainnya. Pada tahun 1978 terbentuk kelompok ilmuwan dari Amerika Serikat yang disebut Proyek Penelitian Kain Kafan Turin. Dua orang yang terlibat dalam Proyek ini ialah Kenneth Stevenson, seorang insinyur dan bekas perwira angkatan udara, dan Gary Habermas, seorang profesor sejarah dan filsafat. Mereka menjelajahi seluruh Italia dengan susunan terbaik dari alat uji-coba non-destruktif yang mungkin dapat mereka adakan. Mereka mengadakan segalanya dari sinar merah infra sampai padax-ray. Mereka mempergunakan spektroskopi, cermin sinar infra merah, sinar ultraviolet, x-ray standar, sinar x-ray pokoknya apa saja yang dapat dipikirkan dipakai untuk menenun kapas; bekas-bekas kapas terdapat pada serat-serat lenan yang diselidikinya. Dan diketahui bahwa kapas sudah terdapat di Timur Tengah sejak abad 7 sebelum Masehi dan tidak ditanam di Eropa. Jadi penemuan-penemuan kedua orang ilmuwan itu membuktikan bahwa Kain kafan Turin ditenun di
Timur Tengah dan sudah diproduksi 2000 tahun yang lalu, dan bahwa Kain kafan Turin itu pernah berada di Palestina, di Turki dan di kawasan Laut Tengah.
Yang tidak dapat diragu-ragukan lagi tentang Kain kafan Turin ialah bahwa Kain kafan itu dahulu dipakai untuk membungkus Seorang Manusia; bahwa Manusia itu membekas pada Kain kafan itu; dan bahwa bekas-bekas pada Kain kafan itu bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka Manusia itu. Sifat luka-luka Manusia itu juga sudah diselidiki secara anatomis dan patologis dan menambah kepastian bahwa bekas-bekas itu sungguh-sungguh bekas-bekas darah, bukan tiruan atau buatan tangan manusia/seniman abad 14. Seandainya bekas-bekas itu tiruan atau buatan belaka, bagaimana mungkin bekas-bekas itu dapat dilukis demikian cermatnya sampai hal yang sekecil-kecilnya dan tak satu kejanggalan pun yang dapat dikenali oleh ilmuwan-ilmuwan kedokteran dewasa ini. Mungkinkah seniman abad 14 akan
mempunyai ilmu pengetahuan kedokteran abad 20? Karena pertimbangan itu semua maka para ahli anatomi dan patologi berkesimpulan bahwa gambar yang membekas pada Kain kafan Turin itu bukanlah tiruan atau buah karya seniman abad 14.
Apakah Manusia yang terbungkus Kain kafan Turin benar-benar Yesus sendiri?
Monsignor Giulio Ricci mengabdikan diri kepada penelitian Kain kafan itu sejak tahun 1950. Ia mempelajari bekas-bekas pada Kain kafan satu demi satu, menganalisis sifat dan morfologinya (bentuk dan susunannya), dan menyelidiki arah-arah aliran darah, sudut-sudut, keteraturan dan ketidakteraturannya. Ia mendasarkan penelitian-penelitiannya atas semua ilmu pengetahuan modern dengan dibantu oleh ilmuwan-ilmuwan dari Italia dan negara-negara lainnya. Pada tahun 1976 ia terpilih menjadi presiden Centro Romano di Sindonologia (Pusat Sindonologi Roma). Ia juga menjadi anggota Pusat Internasional Sindonologi di Turin. Dewasa ini ia dipandang sebagai seorang ahli terkemuka tentang Kain kafan.
Selain ilmuwan-ilmuwan Italia, para ilmuwan dari negara lain pun menaruh perhatian yang besar. Kain kafan Turin telah menjadi salah satu obyek penelitian ilmiah yang sangat intensif yang pernah dilakukan di antara sekian banyak peninggalan sejarah lainnya. Pada tahun 1978 terbentuk kelompok ilmuwan dari Amerika Serikat yang disebut Proyek Penelitian Kain Kafan Turin. Dua orang yang terlibat dalam Proyek ini ialah Kenneth Stevenson, seorang insinyur dan bekas perwira angkatan udara, dan Gary Habermas, seorang profesor sejarah dan filsafat. Mereka menjelajahi seluruh Italia dengan susunan terbaik dari alat uji-coba non-destruktif yang mungkin dapat mereka adakan. Mereka mengadakan segalanya dari sinar merah infra sampai padax-ray. Mereka mempergunakan spektroskopi, cermin sinar infra merah, sinar ultraviolet, x-ray standar, sinar x-ray pokoknya apa saja yang dapat dipikirkan dipakai untuk menenun kapas; bekas-bekas kapas terdapat pada serat-serat lenan yang diselidikinya. Dan diketahui bahwa kapas sudah terdapat di Timur Tengah sejak abad 7 sebelum Masehi dan tidak ditanam di Eropa. Jadi penemuan-penemuan kedua orang ilmuwan itu membuktikan bahwa Kain kafan Turin ditenun di
Timur Tengah dan sudah diproduksi 2000 tahun yang lalu, dan bahwa Kain kafan Turin itu pernah berada di Palestina, di Turki dan di kawasan Laut Tengah.
Yang tidak dapat diragu-ragukan lagi tentang Kain kafan Turin ialah bahwa Kain kafan itu dahulu dipakai untuk membungkus Seorang Manusia; bahwa Manusia itu membekas pada Kain kafan itu; dan bahwa bekas-bekas pada Kain kafan itu bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka Manusia itu. Sifat luka-luka Manusia itu juga sudah diselidiki secara anatomis dan patologis dan menambah kepastian bahwa bekas-bekas itu sungguh-sungguh bekas-bekas darah, bukan tiruan atau buatan tangan manusia/seniman abad 14. Seandainya bekas-bekas itu tiruan atau buatan belaka, bagaimana mungkin bekas-bekas itu dapat dilukis demikian cermatnya sampai hal yang sekecil-kecilnya dan tak satu kejanggalan pun yang dapat dikenali oleh ilmuwan-ilmuwan kedokteran dewasa ini. Mungkinkah seniman abad 14 akan
mempunyai ilmu pengetahuan kedokteran abad 20? Karena pertimbangan itu semua maka para ahli anatomi dan patologi berkesimpulan bahwa gambar yang membekas pada Kain kafan Turin itu bukanlah tiruan atau buah karya seniman abad 14.
Apakah Manusia yang terbungkus Kain kafan Turin benar-benar Yesus sendiri?
Hal ini kiranya juga tidak diragu-ragukan lagi. Penelitian terhadap bekas-bekas darah yang ada pada Kain kafan Turin mengungkapkan bahwa Manusia Kain kafan itu telah mengalami lima tahap penderitaan: penderaan, pemahkotaan duri, pemanggulan salib, penyaliban di atas bukit Kalvari, dan penusukan lambung dengan tombak. Dari historiografi (penulisan sejarah) tak dapat diketemukan orang lain yang telah menjalani kelima tahap penderitaan itu, kecuali Yesus Kristus dalam kisah sengsara dalam kitab injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Gary Habermas menguatkan hal ini. Ia berkata, "Sejarah dan arkeologi memberikan kerangka umum tentang apakah itu penyaliban. Dan kita tahu dari cerita Injil tentang sejumlah hal yang telah diperbuat terhadap Yesus yang bukan merupakan prosedur biasa dalam penyaliban. Hal-hal itu seperti misalnya: bahwa Ia dimahkotai duri, bahwa kaki-Nya tidak dipatahkan, bahwa Ia ditikam di lambung setelah Ia meninggal dan keluarlah darah dan air. Juga tidak lazim bagi seorang penjahat yang tersalib mendapatkan penguburan pribadi dengan pakaian lenan yang mahal.
Para ahli kedokteran yang telah meneliti Kain kafan berkata bahwa hal ini dengan tepat menunjukkan hal-hal sebagai berikut: seorang yang dimahkotai dengan duri, yang kakinya tidak dipatahkan, yang ditikam di lambung dengan senjata ukuran seorang serdadu Roma, dengan darah dan air tercurah dari lukanya setelah kematian. Dan ia juga dikuburkan tersendiri dalam pakaian lenan yang mahal. Bukan hanya semuanya ini menunjukkan kesamaan tetapi juga tidak adanya titik perbedaan. Jika mereka adalah orang-orang yang berlainan, anda dapat berharap menemukan sekurang-kurangnya satu detail yang tidak cocok. Tetapi sekali lagi, tidak ada titik perbedaan.
Gary Habermas menguatkan hal ini. Ia berkata, "Sejarah dan arkeologi memberikan kerangka umum tentang apakah itu penyaliban. Dan kita tahu dari cerita Injil tentang sejumlah hal yang telah diperbuat terhadap Yesus yang bukan merupakan prosedur biasa dalam penyaliban. Hal-hal itu seperti misalnya: bahwa Ia dimahkotai duri, bahwa kaki-Nya tidak dipatahkan, bahwa Ia ditikam di lambung setelah Ia meninggal dan keluarlah darah dan air. Juga tidak lazim bagi seorang penjahat yang tersalib mendapatkan penguburan pribadi dengan pakaian lenan yang mahal.
Para ahli kedokteran yang telah meneliti Kain kafan berkata bahwa hal ini dengan tepat menunjukkan hal-hal sebagai berikut: seorang yang dimahkotai dengan duri, yang kakinya tidak dipatahkan, yang ditikam di lambung dengan senjata ukuran seorang serdadu Roma, dengan darah dan air tercurah dari lukanya setelah kematian. Dan ia juga dikuburkan tersendiri dalam pakaian lenan yang mahal. Bukan hanya semuanya ini menunjukkan kesamaan tetapi juga tidak adanya titik perbedaan. Jika mereka adalah orang-orang yang berlainan, anda dapat berharap menemukan sekurang-kurangnya satu detail yang tidak cocok. Tetapi sekali lagi, tidak ada titik perbedaan.
Selain itu, Proyek Penelitian Kain Kafan Turin juga mengungkapkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat empat petunjuk pada Kain kafan tentang kebangkitan orang yang terbungkus di dalamnya. Pertama, tidak terdapat pembusukan pada pakaian. Mayat yang terbungkus di dalamnya selama lebih dari empat hari pastilah akan membusuk dengan hebatnya. Tetapi kita tidak menemukan suatu tanda tentang hal itu pada Kain kafan. Jadi orang yang mati di dalamnya telah bangkit, atau sebelum hari yang keempat telah dipindahkan dari dalamnya. Seandainya mayat dipindahkan dari dalam bungkusnya, bagaimana kita akan menerangkan gambar yang
terjadi pada kain pembungkus itu? Pada Kain kafan itu kita menyaksikan bekas lumuran darah yang pekat dan utuh; bekuan darah tidak retak atau rusak. Anda dapat membayangkan pembalut pada luka: ketika anda membuka, pembalut itu sedikit melekat pada luka. Kain kafan dihubungkan secara longgar dengan mayat oleh darah yang mengering. Jika ada orang melepaskannya, ia akan menghancurkan bekuan darah dan meretakkan ujung bekas lumuran darah yang kering. Para ahli kedokteran yang telah mempelajari Kain kafan mengatakan itu tidak terjadi.
Jadi pertama, mayat tidak berada cukup lama dalam Kain kafan untuk membusuk, dan kedua, bekas lumuran darah yang utuh mengatakan kepada kita bahwa mayat itu (tetap) terbungkus; mayat tidak pernah dipindahkan dari bungkusnya .
Petunjuk ketiga tentang kebangkitan ialah bahwa gambar itu memiliki ciri-ciri barang hangus. Maka petunjuk ketiga berdasarkan pada teori bahwa gambar disebabkan oleh suatu penghangusan. Mayat telah meninggalkan Kain kafan tanpa terbungkus dan pakaian yang hangus dengan gambar tentang dirinya sendiri. Hal ini memberikan penjelasan adanya semacam kekuatan enersi yang mungkin menghanguskan Kain kafan itu kekuatan enersi yang bersinar cemerlang yang telah menjadikan orang mati dalam bungkus Kain kafan itu bangkit dan hidup kembali dalam kemuliaan ilahi.
Petunjuk keempat adalah sebuah bukti sejarah. Jika Kain kafan menguatkan cerita Injil tentang kematian Yesus, maka Kain kafan cenderung menguatkan apa yang dikatakan Injil tentang kebangkitan Yesus.
Jadi gambar pada Kain kafan hanya dapat terjadi, bila orang yang terbungkus di dalamnya bangkit dari mati penuh cahaya cemerlang.
Tentang bagaimana terjadinya gambar pada Kain kafan itu, penyelidikan demi penyelidikan sedang berlangsung. Ahli-ahli kimia, biokimia, pembesaran gambar dan analisis dengan komputer, fisika nuklir, fotografi bintang, spektroskopi, termo-kimia, mikroanalisis dan selidik-mikro ion, penentuan tanggal dengan karbon semuanya mencurahkan perhatian untuk membuka rahasia tentang terjadinya gambar pada Kain kafan itu. Yang mereka ungkapkan antara lain bahwa gambar itu terjadi melalui proses pancaran cahaya termonuklir (fotolisis dalam kilatan cahaya sekejap), atau ledakan sinar yang sangat terang dalam sekilas; bahwa gambar itu terjadi sebagai akibat campuran wangi-wangian ratus dan blendok dalam iklim yang lembab; bahwa gambar itu tercipta berkat proses fibrinolisis (pelunakan darah yang beku karena adanya fibrinolisin dalam darah atau karena ulah bakteri-bakteri); bahwa gambar itu terjadi sebagai akibat dari pelbagai reaksi biokimia.
Kita nantikan hasil-hasil lebih lanjut dari penyelidikan-penyelidikan mereka. Semoga seluruh dunia tidak lama lagi akan mengetahui lebih banyak tentang Manusia Kain kafan dan menanggapi dengan cinta dan kerendahan hati yang mendalam seruan yang tidak kunjung padam.
KEBENARAN AKAN MENANG
Kain kafan pernah dipakai untuk membungkus jenasah Yesus yang disiksa.
Kain kafan pernah dipakai untuk membungkus jenasah Yesus yang disiksa.
Ahli sains yang menyelidiki dulu tidak akan diam. Dalam waktu singkat kebenaran akan menang.
J. Lampe S.J.Sumber :
Manusia Kain Kafan 012074 © Kanisius 1983
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telepon (0274) 588783. 565996, Teleks 295213
Fax (0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 550011
0 komentar:
Posting Komentar