Kain Kafan Turin ( Shroud Of Turin )

 
Salah Misteri Dunia yang belum terpecahkan, “Shroud Of Turin”. Sebenarnya, kain ini hanya merupakan kain lenen atau kafan biasa dengan panjang 4,36 meter dan lebar 1,10 meter. Lalu apa sebab kain kafan ini dikatakan menyimpan sebuah misteri yang belum bisa terpecahkan selama beratus-ratus tahun lamanya?

1. PENYELIDIKAN KAIN KAFAN

KAIN KAFAN TORINO BERASAL DARI ABAD KE-14?

Atas perintah dari Paus Johannes Paulus II kain  kafan  yang disimpan  di  kota  Torino di Italia Utara diselidiki secara ilmiah dengan test-Carbon-14. Test-Carbon-14 itu adalah cara yang  baik  untuk  menentukan umur  dari  barang purbakala. Metode itu sudah lama dikenal, tetapi baru sekarang ini dapat dilakukan dengan contoh  kain yang kecil (kurang dari satu centimeter persegi).

Test  dilakukan oleh tiga Universitas (satu di Amerika, satu di Inggris dan satu di Swis). Penyelidikan dikoordinasi oleh Direktur dari British Museum, Dr. Tite. Pada  bulan  Oktober  1988 diumumkan hasilnya: Kain kafan di Torino berasal dari abad 14, Dengan demikian sudah  terbukti bahwa kain kafan Torino bukan kain kafan Yesus, yang disebut dalam Injil Yohanes.

PENIPUAN OLEH BRITISH MUSEUM?

Akan tetapi Dr. Bruno Bonnet-Eymard  dalam  majalah  bulanan Perancis  'La  Contre-reforme  catholique'  menuduh Dr. Tite melakukan penipuan. Pada waktu potongan dari kain kafan akan dikirim  ke  Universitas yang akan menyelidiki kain itu, Dr. Tite menukar potongan kain kafan dengan potongan  kain  lain yang  diambil dari Korkap Santo Louis, Uskup dari Anjou pada abad ke-14.
 
PETISI KEPADA SANTO BAPA

Sekarang sudah ada banyak petisi kepada Santo Bapa di  Roma, supaya  test-Carbon-14 diulang dengan penjagaan lebih ketat, supaya jangan ada penipuan lagi.  Pada bulan Mei 1989 akan diadakan simposium di kota Bologna, Italia, sebagai persiapan Kongres Internasional kelima, yang akan diadakan di Cagliari, Italia  pada  bulan  April  1990. Harapan  besar  mereka akan mohon izin dari Santo Bapa untuk mengulang test-Carbon-14.
 2. PENYELIDIKAN BARU

KAIN KAFAN DIBUAT DALAM ABAD KEDUA SEBELUM MASEHI

Pada tahun 1973 Prof. Gilbert Raes dari Universitas Gent  di Belgium  telah  membuat  penyelidikan-tekstil  sepotong dari kain kafan. Prof. Raes membuktikan bahwa  benang  dari  kain kafan dipintal dengan tangan. Pada akhir abad ke-11 di Eropa Barat sudah memakai  roda  pemintal,  sehingga  penyelidikan dari  British Museum tidak cocok. Prof. Raes masih menyimpan sepotong dari  kain  kafan  itu.  Potongan  itu  dikirim  ke Universitas di California (Amerika Serikat) untuk diselidiki
dengan test-Carbon-14. Hasilnya bahwa kain kafan itu  dibuat lebih  kurang  200  tahun  sebelum  Yesus  lahir. Yosef dari Arimatea yang sudah mempunyai kuburan dekat Kalvari, mungkin juga sudah mempunyai kain kafan yang mahal dan tua.

HASIL PENYELIDIKAN TEAM AMERIKA PADA TAHUN 1976

Pada tahun 1976 team dari Amerika  menyelidiki  kain  kafan. Hasil  penyelidikan  mereka dipelajari di Amerika oleh lebih dari 400 orang ahli sains. Mereka semua  berpendapat,  bahwa kain kafan bukan penipuan. Gambar  pada kain kafan sungguh cetakan dari jenasah seorang yang  disiksa  seperti  diceriterakan  dalam  Injil,   bukan lukisan.  Tidak ketemu zat warna atau bahan kimia lain, yang diperlukan untuk melukis. 
Diperiksa dengan microscope tidak ketemu kesalahan anatomis. Padahal ilmu anatomi yang tepat baru berumur 150 tahun. Gambar  adalah  negatif,  sedangkan  fotografi  baru dikenal dalam abad ke-19.
Gambar mempunyai sifat tiga dimensi. Komputer dan alat  foto untuk  menyelidiki  tiga dimensi adalah alat mutakhir (tahun 70-an) yang dipakai oleh NASA  untuk  menyelidiki  permukaan bulan. 

Luka pada tangan Yesus ketemu pada pergelangan tangan, bukan ditengah-tengah tangan  seperti  lukisan-lukisan  dari  abad pertengahan.

Luka  pada lambung Yesus ketemu disebelah kanan bawah, bukan kiri atas seperli patung salib biasa.


3. BAGAIMANA SAMPAI DI TURIN?

Kain kafan Turin dipercayai sebagai kain kafan yang  dipakai oleh  para  murid-Nya  untuk  membungkus jenazah Yesus waktu dimakamkan, seperti dikisahkan oleh semua penginjil.

PENELITIAN KAIN KAFAN

Pertanyaan-pertanyaan yang timbul tentang Kain  kafan  Turin itu  telah  menciptakan  ilmu pengetahuan baru, yang disebut sindonologi. (Sandon,  bhs.  Latin,  berarti:  kain  kafan.)
Pertanyaan-pertanyaan itu mengenai:
1. Keaslian (autentisitas) Kain kafan: Apakah Kain kafan Turin itu benar-benar kain lenan yang   
    dibeli  oleh Yusuf Arimatea untuk membungkus (mengafani) tubuh Yesus?

2. Keaslian (kesungguhan) gambar pada Kain kafan: Apakah  gambar yang tertera pada Kain kafan 
    itu sungguh-sungguh bekas darah yang mengalir dari luka-luka? Mungkinkah itu hanya hasil 
    lukisan seorang seniman, suatu tiruan dari abad 14 atau sebelumnya?

3. Bagaimana gambar itu sampai tertera pada Kain kafan? Bagaimana darah-darah yang meliputi 
    tubuh penuh luka itu membekas (mengecap) pada Kain kafan, sehingga timbulah perwujudan 
    manusia Kain kafan itu?

Penelitian Kain kafan bermula  dengan  pembuatan  foto  Kain kafan itu pada tahun 1898 oleh Secondo Pia. Sambil mengikuti pameran umum yang jarang  dibuat  untuk  Kain  kafan  Turin, Secondo  Pia,  seorang  fotografer  Italia,  diijinkan untuk mengambil foto  dari  peninggalan  itu.  Ketika  memperbesar negatifnya, Secondo terkejut karena menemukan gambar positif dari wajah pada Kain kafan  itu,  sebuah  gambar  yang  jauh lebih jelas bagaikan hidup daripada kalau Kain kafan dilihat dengan mata telanjang. Ini  adalah  penemuan  pertama  bahwa gambar  pada Kain kafan itu menyerupai negatif fotografis semacam gambar yang tidak dapat dipahami oleh  pemalsu  abad
pertengahan.
Pada tahun 1900 seorang seniman Perancis dan  ahli  biologi, Paul  Vignon,  berusaha  menemukan  bagaimana terjadi gambar pada Kain kafan Turin itu. Ia menetapkan bahwa itu  bukanlah lukisan  atau celupan dan menyatakan bahwa bagaimanapun juga gambar itu diproyeksikan ke dalam  Kain  kafan  oleh  sebuah tubuh manusia.
Pada tahun 1931 seseorang bernama Joseph Enrie membuat  foto lagi  atas  Kain  kafan  dengan  hasil  yang lebih jelas dan lengkap.
Pada tahun 1969  Uskup  Agung  Turin,  Kardinal  Pellegrino, membentuk  suatu  komisi  penelitian untuk mempelajari lebih mendalam lagi tentang Kain kafan. Seseorang bernama Giovanni
Battista  Judica-Cordiglia  membuat  foto  baru  Kain  kafan dengan teknik-teknik fotografi yang lebih maju.  
Pada  tahun 1973  tanggal  22 dan 23 November, Kain kafan dipertunjukkan di layar televisi untuk pertama  kalinya.  Monsignor  Giulio Ricci  membuat  foto-foto  dari  Kain kafan untuk meneruskan penyelidikan-penyelidikannya. Dan komisi baru dibentuk  pula untuk penelitian-penelitian lebih lanjut.

Monsignor Giulio Ricci mengabdikan  diri  kepada  penelitian Kain  kafan itu sejak tahun 1950. Ia mempelajari bekas-bekas pada Kain kafan  satu  demi  satu,  menganalisis  sifat  dan morfologinya   (bentuk   dan  susunannya),  dan  menyelidiki arah-arah  aliran  darah,   sudut-sudut,   keteraturan   dan ketidakteraturannya. Ia mendasarkan penelitian-penelitiannya atas semua  ilmu  pengetahuan  modern  dengan  dibantu  oleh ilmuwan-ilmuwan  dari Italia dan negara-negara lainnya. Pada tahun 1976 ia terpilih menjadi  presiden  Centro  Romano  di Sindonologia  (Pusat  Sindonologi  Roma).  Ia  juga  menjadi anggota Pusat Internasional Sindonologi di Turin. Dewasa ini ia  dipandang  sebagai  seorang  ahli terkemuka tentang Kain kafan.

Selain ilmuwan-ilmuwan Italia, para ilmuwan dari negara lain pun  menaruh  perhatian  yang  besar. Kain kafan Turin telah menjadi salah  satu  obyek  penelitian  ilmiah  yang  sangat intensif  yang  pernah  dilakukan  di  antara  sekian banyak peninggalan  sejarah  lainnya.  Pada  tahun  1978  terbentuk kelompok  ilmuwan  dari  Amerika Serikat yang disebut Proyek Penelitian Kain Kafan Turin. Dua orang yang  terlibat  dalam Proyek  ini  ialah  Kenneth  Stevenson, seorang insinyur dan bekas perwira angkatan udara,  dan  Gary  Habermas,  seorang profesor  sejarah  dan  filsafat. Mereka menjelajahi seluruh Italia   dengan   susunan   terbaik   dari   alat   uji-coba non-destruktif  yang  mungkin  dapat  mereka  adakan. Mereka mengadakan segalanya dari  sinar  merah  infra  sampai  padax-ray. Mereka mempergunakan spektroskopi, cermin sinar infra merah,  sinar  ultraviolet,  x-ray  standar,   sinar   x-ray pokoknya  apa  saja  yang  dapat  dipikirkan  dipakai  untuk menenun kapas; bekas-bekas kapas terdapat  pada  serat-serat lenan  yang  diselidikinya.  Dan diketahui bahwa kapas sudah terdapat di Timur Tengah sejak abad  7  sebelum  Masehi  dan tidak  ditanam  di Eropa. Jadi penemuan-penemuan kedua orang ilmuwan itu membuktikan bahwa Kain kafan  Turin  ditenun  di
Timur  Tengah dan sudah diproduksi 2000 tahun yang lalu, dan bahwa Kain kafan Turin itu pernah berada  di  Palestina,  di Turki dan di kawasan Laut Tengah.

Yang tidak dapat  diragu-ragukan  lagi  tentang  Kain  kafan Turin  ialah  bahwa  Kain  kafan  itu  dahulu  dipakai untuk membungkus Seorang Manusia; bahwa Manusia itu membekas  pada Kain  kafan  itu;  dan bahwa bekas-bekas pada Kain kafan itu bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka Manusia  itu. Sifat  luka-luka  Manusia  itu  juga sudah diselidiki secara anatomis  dan  patologis  dan   menambah   kepastian   bahwa bekas-bekas  itu  sungguh-sungguh  bekas-bekas  darah, bukan tiruan  atau  buatan   tangan   manusia/seniman   abad   14. Seandainya   bekas-bekas  itu  tiruan  atau  buatan  belaka, bagaimana mungkin bekas-bekas  itu  dapat  dilukis  demikian cermatnya  sampai  hal  yang  sekecil-kecilnya  dan tak satu kejanggalan pun yang  dapat  dikenali  oleh  ilmuwan-ilmuwan kedokteran  dewasa  ini.  Mungkinkah  seniman  abad  14 akan
mempunyai  ilmu  pengetahuan  kedokteran  abad  20?   Karena pertimbangan  itu  semua maka para ahli anatomi dan patologi berkesimpulan bahwa gambar yang  membekas  pada  Kain  kafan Turin itu bukanlah tiruan atau buah karya seniman abad 14.

Apakah Manusia yang terbungkus Kain kafan Turin  benar-benar Yesus  sendiri?  
Hal  ini  kiranya juga tidak diragu-ragukan lagi. Penelitian terhadap bekas-bekas darah  yang  ada  pada Kain  kafan Turin mengungkapkan bahwa Manusia Kain kafan itu telah   mengalami   lima   tahap   penderitaan:   penderaan, pemahkotaan  duri,  pemanggulan  salib,  penyaliban  di atas bukit Kalvari, dan penusukan  lambung  dengan  tombak.  Dari historiografi  (penulisan  sejarah)  tak  dapat  diketemukan orang lain yang telah  menjalani  kelima  tahap  penderitaan itu,  kecuali  Yesus Kristus dalam kisah sengsara dalam kitab injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Gary Habermas menguatkan hal ini. Ia berkata,  "Sejarah  dan arkeologi   memberikan  kerangka  umum  tentang  apakah  itu penyaliban. Dan kita tahu dari cerita Injil tentang sejumlah hal yang telah diperbuat terhadap Yesus yang bukan merupakan prosedur  biasa  dalam  penyaliban.  Hal-hal   itu   seperti misalnya:  bahwa  Ia  dimahkotai  duri, bahwa kaki-Nya tidak dipatahkan, bahwa Ia ditikam di lambung setelah Ia meninggal dan  keluarlah  darah dan air. Juga tidak lazim bagi seorang penjahat yang tersalib mendapatkan penguburan pribadi dengan pakaian lenan yang mahal.
Para ahli kedokteran yang telah meneliti Kain kafan  berkata bahwa  hal  ini  dengan  tepat  menunjukkan  hal-hal sebagai berikut: seorang yang dimahkotai dengan duri,  yang  kakinya tidak  dipatahkan,  yang  ditikam  di lambung dengan senjata ukuran seorang serdadu Roma, dengan darah dan  air  tercurah dari  lukanya  setelah  kematian.  Dan  ia  juga  dikuburkan tersendiri dalam  pakaian  lenan  yang  mahal.  Bukan  hanya semuanya  ini  menunjukkan kesamaan tetapi juga tidak adanya titik  perbedaan.  Jika  mereka  adalah   orang-orang   yang berlainan,  anda dapat berharap menemukan sekurang-kurangnya satu detail yang tidak cocok. Tetapi sekali lagi, tidak  ada titik perbedaan.

Selain  itu,  Proyek  Penelitian  Kain  Kafan   Turin   juga mengungkapkan   bahwa   sekurang-kurangnya   terdapat  empat petunjuk pada Kain  kafan  tentang  kebangkitan  orang  yang terbungkus  di  dalamnya. Pertama, tidak terdapat pembusukan pada pakaian. Mayat yang terbungkus di dalamnya selama lebih dari  empat  hari  pastilah  akan  membusuk dengan hebatnya. Tetapi kita tidak menemukan suatu tanda tentang hal itu pada Kain  kafan. Jadi orang yang mati di dalamnya telah bangkit, atau  sebelum  hari  yang  keempat  telah  dipindahkan  dari dalamnya.    Seandainya   mayat   dipindahkan   dari   dalam bungkusnya, bagaimana  kita  akan  menerangkan  gambar  yang
terjadi  pada  kain pembungkus itu? Pada Kain kafan itu kita menyaksikan bekas lumuran darah yang pekat dan utuh;  bekuan darah  tidak  retak  atau  rusak.  Anda  dapat  membayangkan pembalut  pada  luka:  ketika  anda  membuka,  pembalut  itu sedikit  melekat  pada  luka.  Kain kafan dihubungkan secara longgar dengan mayat oleh darah  yang  mengering.  Jika  ada orang  melepaskannya, ia akan menghancurkan bekuan darah dan meretakkan ujung bekas lumuran darah yang kering. Para  ahli kedokteran  yang telah mempelajari Kain kafan mengatakan itu tidak terjadi.

Jadi pertama, mayat tidak berada cukup lama dalam Kain kafan untuk  membusuk,  dan  kedua,  bekas lumuran darah yang utuh mengatakan kepada kita bahwa mayat itu  (tetap)  terbungkus; mayat tidak pernah dipindahkan dari bungkusnya .
Petunjuk  ketiga  tentang kebangkitan ialah bahwa gambar itu memiliki  ciri-ciri  barang  hangus.  Maka  petunjuk  ketiga berdasarkan  pada  teori  bahwa gambar disebabkan oleh suatu penghangusan. Mayat  telah  meninggalkan  Kain  kafan  tanpa terbungkus  dan  pakaian  yang  hangus dengan gambar tentang dirinya  sendiri.  Hal  ini  memberikan  penjelasan   adanya semacam  kekuatan  enersi  yang  mungkin  menghanguskan Kain kafan itu kekuatan enersi yang bersinar cemerlang yang telah menjadikan  orang  mati dalam bungkus Kain kafan itu bangkit dan hidup kembali dalam kemuliaan ilahi.
Petunjuk keempat adalah  sebuah  bukti  sejarah.  Jika  Kain kafan  menguatkan  cerita Injil tentang kematian Yesus, maka Kain kafan cenderung menguatkan  apa  yang  dikatakan  Injil tentang kebangkitan Yesus.

Jadi  gambar pada Kain kafan hanya dapat terjadi, bila orang yang terbungkus di dalamnya bangkit dari mati  penuh  cahaya cemerlang.
Tentang bagaimana terjadinya gambar  pada  Kain  kafan  itu, penyelidikan demi penyelidikan sedang berlangsung. Ahli-ahli kimia,  biokimia,  pembesaran  gambar  dan  analisis  dengan komputer,  fisika  nuklir,  fotografi bintang, spektroskopi, termo-kimia, mikroanalisis dan selidik-mikro ion,  penentuan tanggal  dengan  karbon semuanya mencurahkan perhatian untuk membuka rahasia tentang terjadinya gambar  pada  Kain  kafan itu.  Yang  mereka  ungkapkan  antara  lain bahwa gambar itu terjadi   melalui   proses   pancaran   cahaya   termonuklir (fotolisis dalam kilatan cahaya sekejap), atau ledakan sinar yang sangat terang dalam sekilas; bahwa gambar  itu  terjadi sebagai  akibat  campuran  wangi-wangian  ratus  dan blendok dalam iklim yang lembab; bahwa gambar  itu  tercipta  berkat proses fibrinolisis (pelunakan darah yang beku karena adanya fibrinolisin dalam darah atau karena ulah  bakteri-bakteri); bahwa gambar itu terjadi sebagai akibat dari pelbagai reaksi biokimia.
Kita    nantikan    hasil-hasil    lebih     lanjut     dari penyelidikan-penyelidikan mereka. Semoga seluruh dunia tidak lama lagi akan mengetahui lebih banyak tentang Manusia  Kain kafan  dan  menanggapi dengan cinta dan kerendahan hati yang mendalam  seruan  yang  tidak  kunjung  padam.
 
KEBENARAN AKAN MENANG

Kain kafan pernah  dipakai  untuk  membungkus  jenasah Yesus  yang disiksa.
Ahli  sains  yang  menyelidiki  dulu  tidak akan diam. Dalam waktu singkat kebenaran akan menang.
J. Lampe S.J.

Sumber :

Manusia Kain Kafan 012074 © Kanisius 1983

PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telepon (0274) 588783. 565996, Teleks 295213
Fax (0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 550011

0 komentar:

Posting Komentar

 

Misteri Zone © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers